Jumat, 08 Agustus 2008

Keluarga


Kesibukan kerja orang tua terbukti telah merampas waktu buat anak-anak, bisa mengakibatkan munculnya perilaku negatif. Tapi sebenarnya ada beberapa jalan untuk tetap menjaga hubungan yang harmonis antara ayah dan anak.

Ketika Richard Nixon berhenti sebagai presiden AS pada 9 Agustus 1974, dia menyampaikan kata perpisahan pada stafnya di Gedung Putih. Dalam kata sambutannya Nixon ingat akan ayahnya. "Ayah adalah orang yang hebat," katanya.

Kesan Nixon menggambarkan betapa sosok ayah sangatlah berarti bagi seorang anak. Apakah sang ayah sukses atau tidak di masyarakat bukanlah soal besar; ayah tetaplah pahlawan bagi anak-anaknya. Buat anak, ayah adalah kombinasi seorang pahlawan, pembimbing, penasihat, pelindung, guru, sekaligus kawan.

Seorang teman mengisahkan, setiap hari ia bersama suaminya pergi ke kantor yang kebetulan berlokasi sama. Menjelang malam mereka baru tiba di rumah. Kedatangan pasutri ini disambut dengan suka cita oleh anak lelakinya yang berumur 11 bulan di teras rumahnya. Anehnya, kendati si ibu berada di depan, justru sang ayahlah yang lebih hangat disambut. "Anak saya baru butuh saya kalau lagi lapar atau sakit," kata ibu muda itu.

Menjadi ayah yang "hangat" memang tidak berhenti pada saat anak lahir. Justru ketika itulah proses awal menjadi ayah yang baik dimulai. Sayangnya, hal itu tidak mudah untuk dilakukan. Apalagi di luaran tidak tersedia lembaga pendidikan khusus - lebih-lebih yang formal - untuk melatih atau mempersiapkan seorang laki-laki menjadi ortu (orang tua) yang baik. Posisi sebagai ortu biasanya diambil secara otomatis atau begitu saja. Akibatnya, sering terjadi proses pendidikan terhadap anak juga dilakukan secara otomatis, sadar atau tidak, sama seperti yang pernah diperoleh dari ortunya dulu.

Parenthood

Lantaran warisan pendidikan turun-temurun inilah banyak orang beranggapan, pengasuhan anak dalam keluarga menjadi porsi ibu. Namun, menurut Irwanto, Ph.D. dari Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Unika Atmajaya, Jakarta, pandangan itu mulai berubah. Sejak tahun 1997 ada dorongan gerakan partisipasi laki-laki di dalam keluarga. Gerakan di tingkat dunia ini muncul lantaran selama kurun waktu 15 - 20 tahun terakhir, terjadi pergeseran konsep dari motherhood menjadi parenthood. Dalam konsep parenthood, bukan hanya ibu yang penting, tetapi orang tua, dan orang tua itu dua: ayah dan ibu.

Dari sini mulai dikembangkan konsep orang tua yang baik dan hangat. "Di masa lalu yang namanya ayah itu selalu ditakuti. Ia juga figur yang dianggap sebagai penanggung jawab moral keluarga, yang menurunkan nilai-nilai penting pada anak-anaknya. Untuk itu ayah harus menakutkan. Kalau perlu, ayah tak perlu banyak bicara tapi anak takut," urai Irwanto.

Dilihat dari trend-nya, banyak ayah muda masa kini di berbagai belahan dunia merasa tidak adil kalau harus jadi sosok yang menakutkan. "Masa sosok seorang ayah harus ditakuti oleh anak-anaknya, sehingga ia diajuhi atau jauh dari anak-anaknya," begitu pikir mereka. Dari sini timbul kesadaran bahwa ayah masa kini tidak ingin seperti ayah zaman dulu.

Menurut doktor psikologi bidang perkembangan anak ini, ayah masa kini mungkin sedikit lebih cerewet tapi jauh lebih dekat dengan anaknya. Bisa bermain, bisa apa saja, bahkan bisa menjadi teman bagi anak-anaknya sendiri.

Lalu, apa peranan ayah yang spesifik bagi anak-anaknya? Secara tegas Irwanto menyatakan, ayah berperan dalam membangun citra diri anak. Khususnya citra diri mengenai kelaki-lakian. Kedua orang tua diharapkan menunjukkan pada anaknya bahwa tanggung jawab keluarga itu memang dipikul bersama-sama. Misalnya, mengasuh anak, bernyanyi, bermain dengan anak-anak. Artinya, wawasan gender dalam peran laki-laki dan perempuan itu tidak dipersempit, tetapi sebaliknya diperluas.

Irwanto tidak menampik pandangan bahwa menjadi ayah modern sering dihadapkan pada stereotipe tertentu. Misalnya, kalau anak pegang kepala orang lain (atau orang tua), hal itu dianggap kurang ajar. Apalagi kalau di Jawa, pegang kepala itu bisa kualat. Nah, untuk menjadi ayah yang hangat, asumsi semacam itu harus diterjang. Untuk itu perlu dikembangkan konsep pertemanan di mana ayah tidak selalu memerintah ataupun melarang, dan sebagai orang tua mereka juga bisa ditegur atau diajak bermain.

Salah satu persiapan penting menjadi ayah yang efektif adalah persiapan sebelum anak lahir. Di sana ayah belajar memahami anak, misalnya dengan mendengarkan cerita ibu tentang anaknya yang sedang dikandung, belajar mengganti popok

menggunakan boneka, dan sebagainya. Sayang, banyak laki-laki yang tidak percaya diri untuk mengasuh anak. Sebaliknya, istri jangan lalu mengejek suaminya, misalnya ketika salah memandikan bayi. <.p>

Untuk menjadi ayah yang baik memang tidak mudah. "Seperti saya yang tukang seminar. Kalau pulang ke rumah saya sering diprotes anak. Papi tadi omong begitu buktinya begini. Papi ini katanya psikolog tapi sama anaknya sendiri saja enggak ngerti," papar Irwanto mengambil contoh dirinya sendiri menghadapi anaknya yang usia SD, yang umumnya sangat kritis terhadap ayah.

Nah, agar anak tak kecewa, harus diupayakan menyediakan waktu khusus untuk mereka. Kalau hal ini diabaikan, orang tua akan sukar untuk bisa dekat dengan anak. Dengan waktu yang terbatas orang tua tidak bisa berbicara banyak. Dalam arti memberi peluang seluas-luasnya bagi anak untuk bercerita dan didengarkan. Sebaliknya, seringnya pertemuan juga tak menjamin keharmonisan apabila di dalamnya selalu diwarnai percekcokan. "Jadi, waktunya jangan terlalu besar dan mutunya jangan terlalu buruk," ujar Irwanto.

Sempitnya waktu yang sering dijadikan alasan tidak bisa kontak lebih lama dengan anak sebenarnya dapat dicarikan jalan keluar. Sekali lagi Irwanto mengambil contoh dirinya sendiri. Sebagai peneliti senior yang sibuk, ia berusaha selalu menyediakan waktu, dengan mengantarkan anaknya ke sekolah atau menemani berenang. Apa yang dia lakukan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sebagai ayah. Soalnya, selama dua tahun terakhir sebelas kali harus ke luar negeri dalam setahun. Belum lagi jadwal perjalanan ke luar kot a di dalam negeri. "Makanya, kalau pada hari-hari libur saya diminta sebagai pembicara, saya minta diperbolehkan membawa keluarga."

Secara psikologis pun kalau orang tua sering bertemu dan berdialog dengan anak, anak akan menghormati orang tuanya. Dari berbagai literatur terungkap, semakin besar dukungan ayah terhadap anak, semakin tinggi perilaku positif anak. Jadi, ayah yang selalu mendukung dan menunjukkan perhatiannya itu akan mereduksi perilaku negatif si anak.

Seperti perahu dayung

Hubungan antara ayah dan anak ada yang menggambarkan seperti dua orang yang berperahu dayung, keduanya harus saling mengisi. Pada suatu saat, sang ayah harus mendayung kuat atau lemah untung mengimbangi kemampuan mendayung sang anak. Mereka juga harus sering berkomunikasi satu sama lain bila melalui arus yang deras. Apabila komunikasi berjalan lancar, maka perjalanan itu akan menyenangkan dan akhirnya sampai ke tujuan dengan selamat.

Dalam pandangan Seto Mulyadi, psikolog, seorang ayah harus mengenali lima ciri anak untuk dapat membina komunikasi yang efektif. Yakni menyadari bahwa anak adalah pribadi yang masih suka bermain, masih terus berkembang, senang meniru, kreatif, dan bukan orang dewasa mini. Menurut dia, hubungan akan harmonis bila ayah mendengar aktif. Istilah ini berhubungan dengan proses mendengar di mana penerima berusaha untuk mengerti perasaan pengirim atau berusaha mengerti arti pesan yang dikirim. Melalui proses mendengar aktif terjadi semacam katarsis (kelegaan emosional) pada anak. Dengan begitu ortu memperlihatkan ia menerima perasaan anak, sehingga anak terdorong untuk dapat menerima perasaan-perasaannya sendiri.

Erik Erikson dari Universitas Harvard mengungkapkan, ayah yang efektif bisa dibentuk bila ia memfokuskan pada tujuh hal yakni menciptakan relasi yang sehat, menyediakan kebutuhan fisik dan keamanan, menerima adanya perubahan, menanamkan nilai-nilai moral, menanamkan nilai spiritual, menggali hal-hal yang menyenangkan, dan membantu anak mengembangkan kemampuannya.

Riset terbaru mengungkapkan, ayah yang "hangat" membuat anak lebih mudah menyesuaikan diri, lebih sehat secara seksual, dan perkembangan intelektualnya lebih baik. "Keterlibatan ayah dalam keluarga akan meningkatkan IQ anak sampai 6 - 7," kata T. Berry Brazelton, seorang dokter anak. Di samping itu anak akan lebih memiliki rasa humor, lebih percaya diri, dan punya motivasi belajar.

Menurut Dr. Lousi B. Silverstein dari Universitas New York, AS, ada hubungan langsung antara pertemuan ayah-anak dan tingginya tingkat agresivitas anak, serta tingkah laku yang cepat dewasa pada anak perempuan.

Cuma masalahnya, bagaimana membina hubungan mesra antara ayah dan anak? Banyak yang bisa dilakukan, misalnya dengan bermain bersama, membantu membuat (dalam arti mengajari)pekerjaan rumah, dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas kebersamaan dengan anak di rumah maupun di luar rumah. Contoh kebersamaan ini antara lain bisa ditempuh dengan cara seperti yang dilakukan pria profesional muda yang tinggal di bilangan Bekasi. Ia suka mengajak anaknya yang berumur lima tahun naik kereta api. Bukan kereta api jarak jauh, tetapi kereta api jurusan Jakarta Kota - Bogor. "Anak saya senang sekali," katanya.

Satu hal yang juga perlu diperhatikan, jangan sampai kelimpahan materi menggusur hubungan pribadi. Bekerja keras merupakan keharusan, tetapi setiap ayah perlu menghindari godaan materi. Ayah yang bijaksana tahu bahwa relasi ayah-anak bukanlah soal material, tetapi kepuasan hidup. Itu bisa berarti sebuah pilihan. Misalnya saja, mana yang lebih penting, mempunyai rumah di atas tanah seluas 3.000 m2 dengan kolam renang yang indah, atau membuat setiap penghuni rumah merasa kerasan tinggal di dalamnya? Atau, mana yang lebih utama, mempunyai dapur yang indah atau kepastian setiap anggota keluarga bisa duduk bersama saat makan malam dan berbagi pengalaman? ?

Ayah yang efektif dan ayah yang tidak efektif bisa dinilai dari kenal-tidaknya mereka pada anaknya. Ayah yang efektif tahu apakah telah mengecewakan anaknya. Pun dia tahu hal-hal apa saja yang disukai anaknya. Ayah seperti ini juga tahu perbedaan anaknya dengan anak-anak tetangga. Mereka pun sangat peduli dengan karakter si anak.

Ken R. Canfield, pengarang buku The Seven Secrets of Effective Fathers yang meneliti 4.000 orang ayah sampai pada kesimpulan bahwa seorang ayah yang baik tahu keadaan anaknya bila sang anak tengah menghadapi masalah atau bagaimana harus meneguhkan hati anak.

Cara lain membina hubungan yang lebih baik dengan anak adalah melibatkan mereka dalam pekerjaan ayah. Kebanyakan anak memandang kantor, pabrik, atau toko tempat ayahnya bekerja sebagai sebuah tempat asing. Dengan sesekali mengajak anak ke tempat kerja akan membuat mereka kenal dengan kegiatan ayahnya sehari-hari. www.baron-kehidupan.com

Disiplin


Kemenangan yang pertama dan yang terbaik adalah menaklukkan diri sendiri.
Plato Ahli Filsafat

Seseorang yang tidak jelas karakternya takkan pernah dapat dikatakan menjadi kepunyaan diri sendiri … ia adalah kepunyaan apa pun yang menguasainya.
John Foster, Penulis

RAJA BUKIT

Jalan menuju puncak itu berat. Tidak banyak orang yang akan pernah mencapai tempat di mana mereka dianggap sebagai salah satu yang terbaik di bidangnya. Dan bahkan lebih sedikit lagi yang dianggap sebagai yang terbaik. Namun itulah yang telah dicapai oleh Jerry Rice. Ia disebut orang terbaik di bidang rugby. Dan ia punya rekor untuk membuktikannya.

Orang yang mengenalnya mengatakan bahwa ia memiliki bakat alam. Secara fisik, karunia yang diberikan Allah kepadanya sungguh luar biasa. Ia memiliki segalanya yang dicari oleh seorang pemimpin dalam diri pemainnya. Pelatih yang termasuk Hall of Fame (penghargaan atas prestasinya), Bill Walsh, mengatakan, "Saya rasa tak ada yang dapat menandinginya secara fisik". Namun bukan itu saja yang membuatnya hebat. Kunci suksesnya yang sesungguhnya adalah disiplin diri. Tidak seperti pemain rugby yang mana pun, ia berlatih setiap hari.

Kisah kemampuan Rice untuk mendorong dirinya sendiri tercermin dari pengalamannya menaklukkan bukit. Yang pertama ketika ia masih sekolah menengah. Diakhir setiap latihan, Pelatih B.L. Morr High School, yaitu Charles Davis, suka menyuruh para pemainnya lari turun naik bukit sejauh empat puluh yard sebanyak dua puluh kali. Pada suatu hari yang sangat panas, Rice ingin menyerah setelah sebelas kali. Sementara ia menyelinap menuju ruang ganti pakaian, ia sadar akan perbuatannya. "Jangan menyerah", katanya kepada diri sendiri. "Karena begitu kamu menyerah, kamu akan merasa OK-OK saja." Ia pun kembali dan menyelesaikan larinya, dan tidak pernah menyerah semenjak itu.

Sebagai pemain profesional, ia terkenal atas kemampuannya untuk lari mendaki bukit lainnya. Yang satu ini adalah trek kemampuannya untuk lari mendaki bukit lainnya. Yang satu ini adalah trek sejauh 2,5 mil di San Carlos, California, yang menjadi bagian teratur dari latihannya. Para pemain top lainnya berusaha mengimbanginya, namun mereka semua kalah stamina. Namun itu hanyalah sebagian dari latihan rutin Rice. Bahkan bukan dalam musim bertanding pun, sementara pemain lainnya memancing atau bersantai, Rice tetap latihan, mulai dari pukul 7 pagi hingga siang. Seseorang pernah bergurau, "Kondisinya begitu baik sehingga ia membuat Jamie Lee Curtis tampak seperti James Earl Jones." "Yang tidak dipahami banyak orang tentang Jerry adalah bahwa baginya, rugby itu dua belas bulan penuh", kata seorang pemain NFL lainnya. "Ia punya bakat alam, tapi ia tetap latihan. Itulah yang membedakan antara yang baik dengan yang hebat." Baru-baru ini Rice mendaki bukit lainnya dalam karirnya: ia kembali setelah kecelakaan parah. Sebelumnya, ia tidak pernah melewatkan pertandingan dalam sembilan belas musim bertanding, bukti dari ketika kerjanya yang penuh disiplin serta keuletan yang mutlak. Ketika lututnya terluka pada tanggal 31 Agustus 1997, orang pikir ia takkan main lagi musim itu. Toh, hanya ada satu pemain yang pernah mengalami kecelakaan yang sama dan main lagi di musim yang sama - yaitu Rod Woodson. Lututnya pulih dalam waktu empat setengah bulan. Rice pulih dalam waktu tiga setengah bulan - lewat daya tahan, tekad, serta disiplin diri yang luar biasa. Orang tidak pernah melihat yang sepertinya, dan mungkin takkan pernah lagi melihat yang sepertinya. Dan Rice terus membangun rekornya dan reputasinya sambil membantu timnya menang.

MENGUNGKAPKANNYA

Jerry Rice adalah teladan sempurna dalam hal kuasa disiplin diri. Tak seorang pun dapat mencapai dan mempertahankan sukses tanpa disiplin diri. Dan seberapa berbakat pun seorang pemimpin, karunia-karunianya takkan pernah mencapai potensi maksimalnya tanpa disiplin diri. Disipllin diri memposisikan seorang pemimpin untuk mencapai tingkat tertinggi dan merupakan kunci bagi kepemimpinan yang langgeng. Jika Anda ingin menjadi pemimpin yang disiplin diri tinggi, ikutilah rencana tindakan berikut ini:

  1. Kembangkanlah dan Tindak-lanjutilah Prioritas Anda.
    Siapa pun yang mengerjakan apa yang harus dikerjakannya hanya jika ia bersemangat atau jika terasa nyaman, takkan sukses. Orang pun takkan menghormati dan mengikutinya. Seseorang pernah berkata, "Untuk melaksanakan tugas-tugas penting: perencanaan, dan waktu yang cukup". Sebagai pemimpin, waktu Anda sudah tinggal membuat rencana. Jika anda dapat menentukan yang benar-benar menjadi prioritas dan membebaskan diri dari yang lainnya, akan jauh lebih mudah untuk menindaklanjuti hal yang pernting. Dan itulah inti dari disiplin diri.

  2. Jadikanlah Gaya Hidup Berdisiplin Sasaran Anda.
    Dengan mempelajari orang yang sangat disiplin tinggi, seperti Jerry Rice, seharusnya membuat Anda sadar bahwa agar sukses, disiplin diri tak dapat dijadikan sesaat. Disiplin diri harus menjadi gaya hidup. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah mengembangkan sistem serta rutinitas, terutama di berbagai bidang yang penting bagi pertumbuhan serta sukses jangka panjang. Umpamanya, karena saya terus membaca dan mengarsip bahan-bahan untuk digunakan nanti. Dan karena serangan jantung yang saya alami pada bulang Desember 1998, saya pun berolahraga setiap pagi. Ini bukanlah sesuatu yang akan saya lakukan semusim saja. Saya akan melakukannya seumur hidup saya.

  3. Tantanglah Alasan-alasan Anda.
    Untuk mengembangkan gaya hidup berdisiplin, salah satu tugas pertama Anda adalah menantang dan menghapuskan kecenderungan untuk cari-cari alasan. Seperti yang dikatakan oleh penulis klasik Perancis, Francois La Rochefoucauld, "Hampir semua kesalahan kita lebih dapat dimaklumi ketimbang metode-metode yang kita cari-cari untuk menyembunyikannya". Jika Anda punya beberapa alasan mengapa Anda tidak dapat berdisiplin diri, sadarlah bahwa semuanya itu hanyalah alasan - yang semuanya perlu ditantang jika Anda ingin meningkat sebagai pemimpin.

  4. Tundalah Imbalannya Hingga Tugasnya Selesai.
    Penulis Mike Delaney dengan bijaksana mengatakan, "Bisnis atau industri apa pun yang membayar upah sama kepada karyawan yang berprestasi baik ataupun tidak, cepat atau lambat akan memiliki lebih banyak karyawan yang berprestasi tidak baik." jika Anda kurang disiplin diri, Anda mungkin memiliki kebiasaan memakan hidangan pencuci mulut sebelum memakan sayur-mayurnya. Ada sebuah cerita yang mengilustrasikan kuasa menunda imbalan. Sepasang suami istri yang sudah tua telah berada di perkemahan selama dua hari ketika sebuah keluarga tiba di lokasi di sebelah mereka. Begitu mobil sport mereka berhenti, pasangan suami istri serta tiga anaknya pun ke luar. Yang satu segera menurunkan kotak minuman, sementara dua yang lain segera mendirikan tenda. Kemah mereka pun siap dalam waktu lima belas menit. Pasangan suami istri yang sudah tua itu takjub. "Kalian benar-benar hebat dalam bekerjasama," kata bapak tua kepada bapak muda itu dengan kagum. "Cuma perlu sistem kok," kata sang bapak muda. "Tak seorang pun boleh ke belakang sebelum kemahnya siap."

  5. Tetaplah Fokus pada Hasil-hasilnya.
    Setiap kali Anda berkonsentrasi pada kesulitan pekerjaan Anda ketimbang hasil-hasil atau imbalannya nanti, rasanya Anda akan berkecil hati. Jika Anda terpuruk terlalu lama, Anda akan mengasihani diri sendiri ketimbang berdisiplin diri. Lain kali Anda menghadapi tugas yang harus diselesaikan dan Anda mempertimbangkan untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan ketimbang membayar harganya, ubahlah fokus Anda. Hitunglah keuntungan dengan melakukan hal yang benar, lalu laksanakan tugas Anda.

MERENUNGKANNYA

Penulis H. Jackson Brown Jr. pernah menyindir, "Talenta tanpa disiplin adalah seperti seekor gurita main sepatu roda. Memang banyak gerakannya, tapi Anda pernah tahu apakah jalannya maju, mundur, atau ke samping". Jika Anda tahu Anda punya talenta, dan Anda melihat banyak gerakan - namun sedikit hasil konkrit - Anda mungkin kurang disiplin diri.

Periksalah jadwal minggu lalu Anda. Seberapa banyakkah waktu yang Anda curahkan untuk kegiatan-kegiatan teratur yang berdisiplin? Apakah Anda melakukan apa pun untuk menumbuhkan diri secara professional? Apakah Anda melakukan kegiatan yang baik untuk kesehatan? Apakah Anda tabung atau investasikan sebagian pendapatan Anda? Jika selama ini Anda masih menunda-nunda hal-hal tersebut, dengan alasan akan melakukannya nanti, mungkin Anda perlu memperbaiki disiplin diri Anda.

MENERAPKANNYA

Untuk meningkatkan disiplin diri, lakukanlah yang berikut: " Pilah-pilahlah prioritas. Renungkanlah dua tiga bidang dalam hidup Anda yang paling penting bagi Anda. Tuliskanlah blidang-bidang itu, beserta disiplin yang harus Anda kembangkan untuk terus bertumbuh dan mejadi lebih baik di bidang-bidang itu. Kembangkalah rencana untuk menjadikan disiplin tersebut bagian harian atau mingguan dari hidup Anda.

" Sebutkanlah alasan-alasannya. Luangkanlah waktu untuk menuliskan keuntungan-keuntungan dari menerapkan disiplin yang baru saja Anda tuliskan di atas. Lalu tempelkanlah di suatu tempat yang setiap hari Anda lihat. Di hari-hari ketika Anda malas, bacalah kembali daftar ini.

" Buanglah segala macam alasan. Tuliskanlah setiap alasan mengapa Anda mungkin tak dapat menindaklanjuti disiplin tersebut. Bacalah. Anda harus mengakkui bahwa itu hanyalah alasan yang dicari-cari. Sekalipun ada alasan yan tampaknya sah, carilah solusi untuk mengatasinya. Jangan cari-cari alasan untuk menyerah. Ingatlah, hanya dengan berdisiplinlah Anda mendapatkan kuasa untuk meraih impian-impian Anda.

MELATIHNYA SETIAP HARI

Sebuah tempat penyemaian benih tanaman di Canada memasang tanda berikut ini di dindingnya: "Waktu terbaik untuk menanam pohon adalah dua puluh lima tahun yang lalu … waktu terbaik kedua adalah hari ini". Tanamkanlah pohon disiplin diri dalam hidup Anda hari ini.

Membuat Keputusan


Membuat keputusan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan karena keputusan yang diambil akan melibatkan diri sang pemimpin, orang yang dipimpin, serta lingkungan dan organisasi tempat orang itu berada. Uraian berikut merupakan penjelasan yang dapat membantu seorang pemimpin Kristen mengembangkan kemampuannya dalam membuat keputusan yang baik.

a. Meyakini kehendak Tuhan

Selama Anda masih merasa ragu-ragu, belum mengetahui dengan pasti apa yang dikehendaki Tuhan, jangan mengambil keputusan. Jangan pula membuat keputusan bila emosi Anda dalam keadaan yang labil, terburu-buru, dan tidak tenang. Dalam keputusan-keputusan yang diambil, yang sangat menentukan adalah sejahtera Tuhan dalam hati kita. Bila Anda memiliki sejahtera Tuhan, Anda akan dapat mengenali kondisi diri sendiri: apakah Anda sedang berpikir jernih dan berimbang. Terkadang situasi atau rekan kerja Anda juga bisa memberikan kesejahteraan karena Tuhan dapat memakai orang lain untuk membantu Anda dalam membuat keputusan.

Mengapa penting untuk mengenal kehendak Tuhan dalam membuat keputusan? Sebab keputusan menuntut harga yang harus dibayar dengan mahal. Di balik setiap keputusan, selalu ada tantangan dan kesulitan. Dan keyakinan Anda akan kehendak Tuhan memberikan kesanggupan untuk mengatasi setiap kesulitan yang akan datang.

Anda juga harus merasa yakin bahwa Tuhan sendiri puas dengan keputusan Anda. Begitu juga, Anda sendiri harus puas dengan keputusan yang diambil. Jika keputusan itu menyangkut kepentingan orang banyak, Anda juga harus memberikan kesempatan pada mereka untuk merasa puas dengan keputusan itu.

b. Keputusan tegas dan jelas

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin, harus senantiasa tegas dan jelas, tidak membuat orang lain merasa bingung. Alkitab memberikan beberapa contoh. Abraham dengan tegas dan jelas meninggalkan tanah airnya dan menuju tanah Kanaan yang belum diketahuinya. Musa dengan tegas meninggalkan Mesir dengan segala kenyamanan dan kemewahannya. Petrus juga dengan tegas dan jelas meninggalkan hidup lamanya sebagai nelayan dan menjadi penjala manusia.

Selalu ada kemungkinan bahwa ada orang lain yang tidak dapat menerima keputusan yang jelas dan tegas itu. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan buatlah perhitungan yang matang, analisa yang tepat, dan evaluasi yang objektif. Biasanya, seorang pemimpin sudah memiliki gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi karena keputusan itu dan itulah alasan mengapa ada sasaran yang jelas yang akan dituju oleh keputusan itu.

Selanjutnya, penting untuk memberikan kesempatan pada orang lain untuk melahirkan dan mengemukakan pendapat dan pemikirannya, meskipun Anda telah membuat perhitungan tentang keputusan akhir. Menunggu dengan sabar adalah penting bagi seorang pemimpin karena Anda jugalah yang berhak membuat keputusan finalnya. Dengan menahan diri, Anda telah menghargai setiap anggota tubuh Kristus. Selain itu, orang lain akan dengan senang hati ikut melaksanakan keputusan yang Anda tetapkan karena mereka pun turut ambil bagian di dalamnya.

c. Keputusan terarah pada tujuan tunggal yang luas

Keputusan yang tunggal, namun luas selalu lebih efektif dalam menggerakkan orang-orang yang dipimpin. Sebab dengan pimpinan Roh Kudus, pemimpin dan pengikutnya akan maju bersama menuju sasaran.

Jangan membuat keputusan dengan bermacam-macam tujuan yang kecil. Banyaknya tujuan akan merepotkan orang yang dipimpin. Mereka akan merasa bingung untuk menentukan tujuan mana yang harus dicapai terlebih dahulu. Lebih buruk lagi bila tiap-tiap orang yang dipimpin memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang memilih tujuan A, ada yang ingin mencapai tujuan B, dst. Tujuan yang tunggal dan luas itu lebih terarah, lebih mempersatukan, dan lebih mendorong tiap orang untuk mencapai tujuan.

Jadilah seorang pemimpin yang memiliki tujuan dan perkara yang besar. Kebesaran, kekuatan, dan kewibawaan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh luas atau tidaknya tujuan yang hendak dicapai.

d. Keputusan sesuai dengan prioritas

Seorang pemimpin selalu dihadapkan pada berbagai tugas dan kesibukan. Semuanya dirasakan penting dan harus dikerjakan dengan baik. Namun, tidak mungkin seorang pemimpin dapat melakukan semua tugasnya sekaligus dengan hasil yang sama baiknya. Oleh karena itu, Anda perlu menyusunnya sesuai prioritas. Prioritas dapat menolong kita dalam melaksanakan tugas secara teratur dan disiplin.

Menyusun prioritas bisa menjadi hal yang sulit. Adakalanya semua tugas kelihatannya perlu diprioritaskan atau diutamakan. Namun, sebenarnya Anda masih bisa menempatkan hal lain yang lebih utama. Jika Anda tidak tahu mana yang lebih utama, Anda akan mengalami banyak kegagalan.

Dengan menyusun prioritas, Anda bisa mendapatkan hasil yang maksimal dan sebaik mungkin karena tugas dikerjakan satu per satu hingga selesai. Namun, bila Anda mengerjakan beberapa tugas dalam waktu bersamaan, hasil yang diperoleh tidak akan memuaskan karena pikiran dan tenaga Anda terbagi dan fokus Anda menyebar. Hasil yang maksimal itu akan memuaskan Tuhan, sekaligus memuaskan Anda dan orang-orang yang turut ambil bagian dalam melaksanakan tugas tersebut.

e. Rela membayar harga keputusan

Untuk bisa menjadi saluran air, sebilah bambu harus mengalami proses yang panjang dan tidak mengenakkan. Pertama, ia harus dipotong lepas dari akarnya, lalu setiap cabang dan rantingnya harus dibersihkan. Tidak hanya itu, setiap ruas yang ada di dalam bambu juga harus dibersihkan agar air dapat mengalir dengan leluasa. Baru setelah itu, bambu dapat digunakan untuk mengalirkan air dan menyuburkan tanah yang kering.

Begitu juga dengan seorang pemimpin. Agar dapat menjadi pemimpin yang baik, ia harus mau mengorbankan ego dan keakuannya untuk dibentuk sesuai keinginan Tuhan. Proses pembentukan itu memang tidak mengenakkan, bahkan kadang menyakitkan bagi kita. Perlu kita ketahui bahwa untuk mencapai hal yang baik diperlukan pengorbanan. Mintalah Roh Kudus untuk mendorong Anda agar rela membayar harga sehingga Anda menjadi seorang pemimpin yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Musa mau mengalami penderitaan dan penderitaan itu menjadikannya pemimpin besar untuk bangsanya (Ibrani 11:25-26). Ia membuat keputusan, rela meninggalkan kemuliaan, kekuasaan, dan kelimpahan Mesir yang ditawarkan padanya jika ia menjadi pemimpin di Mesir, dan memilih masuk dalam penderitaan bangsa Israel. Tidak banyak pemimpin yang sebanding dengan Musa dalam pergumulan yang sehebat itu.

f. Berani bertanggung jawab atas tiap kegagalan

Setiap pemimpin harus menyadari bahwa tidak pernah ada pemimpin yang tidak gagal, betapa pun bijaksananya, luasnya pandangan, atau cakapnya dia dalam memimpin. Yang penting, setiap kegagalan itu diterima dengan rendah hati, lapang dada, dan ikhlas, terutama ikhlas kepada Tuhan. Dan juga, dalam membuat keputusan haruslah diperhitungkan bahwa kegagalan itu mungkin saja terjadi dan Anda harus berani bertanggung jawab atas tiap kegagalan itu.

Tidak banyak pimpinan yang berani seperti itu. Kecenderungan yang ada ialah melemparkan kegagalan dan mencari kesalahan pada orang lain, situasi, atau lingkungan. Perhatikanlah bahwa hanya satu jari yang kita gunakan untuk menyalahkan orang lain, sedangkan tiga jari lainnya terarah kepada diri sendiri. Ini berarti bahwa sepantasnyalah kita lebih memeriksa diri kita sendiri atas setiap kegagalan yang diterima.

Rasa tanggung jawab seorang pemimpin mendorongnya untuk berani mengambil risiko dan memikul kesalahan anggotanya. Tindakan seperti ini tidak menghancurkan wibawa seorang pemimpin, malahan akan membuat para anggota semakin menghargai Anda karena Anda terbukti sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab, rela menderita dan memikul sebagian kesalahan anggota.

g. Berani melaksanakan keputusan

Membuat keputusan memang bukan perkara mudah apalagi untuk melaksanakannya sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam Alkitab ada beberapa contoh pemimpin yang memikul dampak yang luar biasa akibat keputusan yang diambilnya. Ketika bertemu Yesus saat menuju Damaskus, Rasul Paulus bertanya, "Apakah yang harus kuperbuat bagi-Mu (Kisah Para Rasul 9:6 -- KJV)?" Ini menunjukkan bagaimana Paulus mencari kehendak Tuhan. Dengan menemukan kehendak Tuhan, Paulus pun mengalami perubahan total. Ia menjadi pemimpin rohani dalam Perjanjian Baru dan dalam sejarah gereja. Rahasia keberhasilannya terletak pada sikapnya yang berani menjalankan keputusan itu.

Di depan kita masih banyak hal yang harus dijalankan dan masih banyak yang harus dicapai. Semuanya itu bergantung pada pengertian kita akan kehendak Tuhan dan keputusan untuk memeluk kehendak Tuhan serta keberanian untuk menjalankan kehendak Tuhan